Ketika mempelajari tema Psikologi Abnormal, mungkin anda pernah
menyaksikan tingkah laku yang aneh-aneh di tempat-tempat umum, atau bahkan di
rumah anda sendiri, atau andah pernah mendengar dan ikut mendiskusikam tentang sesuatau
penyakit mental dari seorang kenalan.
Pengalman-pengalaman
tersebut ada kalanya valid dan bisa dipercaya, oleh sebab itu, perlu kiranya
kita mendapatkan konsep yang benar
mengenai pengertian “Abnormalitas
“. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakam penyelidikan tentang :
1. Perbedaan antara tingkah laku yang normal dan yang abnormal.
2. Hubungan psikologi abnormal dengan disiplin-disiplin ilmu yantg
bertautan.
3. Problem-problem social dan problem-problem medis ( masalah
herediter, luka-luka
dan penyakit-penyakit ) yang
menyebabkan timbulnya pribadi yang terganggu dan tingkah laku abnormal.
4. Klasifikasi disorder mental/gangguan mental/penyakit mental.
NORMAL DAN ABNORMAL
Psikologi abnormal
bersangkut-paut dengan tingkah laku
abnormal. Pada hakekatnya, konsep tentang normalitas dan abnormalitas itu
sangat samara-samar batasnya. Sebab, kebiasaan-kebiasaan dan sikap hidup yang
dirasakan sebagai normal oleh sesuatu
kelompok masyarakat, dapat dianggap sebagai abnormal
oleh kelompok kebudayaan lainnya.
Pribadi yang normal dan
pribadi yang abnormal
Pribadi yang normal itu secara
relatif dekat sekali dengan integrasi
jasmaniah dan rohaniah yang ideal. Kehidupan psiskisnya kurang lebih stabil
sifatnya, tidak banyak memendam konflik-konflik batin, tenaga dan jasmaniahnya
sehat selalu.
Pribadi yang abnormal mempunyai atribut secara relatif mereka itu
jauh daripada status integrasi. Ada
tintgkat atribut “ inferior ” dan “ superior ”.
Kompleks-komples inferior ini misalnya terdapat pada penderita psikopat, neuron dan psikosa.
Dan kompleks-kompleks superior itu
terdapat pada kelompok kaum Idiot savant
(kaum ilmuwan/cerdik pandai yang bersifat idiot) yang memiliki quotient intelegensi
(I.Q.) yang tinggi, misalnya dibidang seni, musik, metematika, ilmu pengetahuan
alam dan lain-lain.
Pribadi yang abnormal pada umumnya dihinggapi gangguan mental atau
ada kelainan-kelainan/abnormalitas pada mentalnya. Orang-orang abnormal ini
selalu diliputi banyak konflik-konflik batin, miskin jiwanya dan tidak stabil,
tanpa perhatian pada lingkungannya, terpisah hidupnya dari msyarakat, selalu
gelisah dan takut dan jasmaninya sering sakit-sakitan.
ABNORMALITAS dari beberapa segi, yaitu segi patologis, statistik, dan segi
kultural/budaya.
1.
Abnormal dipandang dari segi patologis
Dipandang dari segi patologis, tingkah laku abnormal itu
adalah akibat suatu kecelakaan, suatu penyakit, atau status kepribadian yang
kacu (disorder state), yang kita jumpai pada penderita-penderita simpton klinis
tertentu. Misalnya ada banyak unsur ketakutan dan kecemasan khronis yang tidak
beralasan pada penderita psikoneurosa; gejala delusi, ilusi dan halusinasi pada psikosa juga tingkah laku anti-sosial pada pribadi yang sosiopatik.
2.
Abnormal dipandang dari segi statistik
Ini merupkan pendekatan secara grafis (tertulis
dan gambaran) dan secara matematis
mengenai masalah siapakah yang noemal dan abromal.
Gambar
Kurve distribusi normal
pada gambar dihalaman depan menunjukan konsep
statistic tentang orang-orang normal dan yang tidak normal. Gambar tersebut
membuktikan, bahwa subyeknya lebih banyak terdapat/berkumpul di tengah-tengah kurve. Dan kasus
disebelah pertengahan kurve merupakan jumlah abnormalitas. Menurut konvensi
statistic tersebut, “ range normal “ yang terdapat pada bagian tengah kurve tersebut
meliputi kurang lebih 2/3 (dua pertiga) dari jumlah kelompok tersebut.
3.
Abnormalitas dipandang dari segi kultur/kebudayaan
Dari segi pandang ini,
tingkah laku dan sikap hidup seseorang dianggap sebagai normal atau abnormal
bergantung pada lingkungan kebudayaan tempet tinggal orang tersebut.
Masyarakat itu merupakan hakim yang “keras” dan “kejam”
terhadap tingkah laku para anggotanya dan cenderung tidak mentolerir tingkah
laku yang menyimpang dari norma umum yang ada. Tetapi penyimpangan yang
bersifat radiakal dan bisa menyebabkan kekacauan pada perorangan dan
lingkungannya, sangat dikecam. Dan seseorang tersebut dianggap sebagai pribadi
yang abnormal.
4.
Kriteria pribadi yang normal
Deskripsi tentang pribadi
yang normal dengan mental yang sehat dituliskan dalam satu daftar criteria
oleh Maslow and mitelmann dalam
bukunya “ Principle of Abnormal Psychology “, yang kami kutip antara lain
sebagai berikut :
1)
Memiliki perasaan aman ( sense of security ) yang tepat.
Dalam suasana sedemikian dia mampu mengadakan kontak
yang lancer dengan orang lain dalam berbagai bidang.
2)
Memiliki penilaian diri ( self evaluation ) dan insight/wawasan rasional.
Memiliki harga diri yang cukup, dan tidak berkelebihan.
Memiliki perasaan sehat secara moril, tanpa ada rasa-rasa berdosa dan memiliki
kemampuan menilai tingkah laku manusia lain.
3)
Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang tepat.
Mampu menciptakan hubungan yang erat, kuat dan lama,
seperti persahabatan, komunikasi social dan relasi cinta. Dia mampu
mengekspresikam rasa kebencian dan kekesalan hatinya tanpa kehilanagan kontrol terhadap diri sendiri.
4)
Mempunyai kontak dengan relitas secara efisien.
Yaitu kontak dengan dunia fisik/materil, tanpa ada
fantasi dan angan-angan yang berlebihan, karena dia memiliki pandangan hidup
yang realistis dan cukup luas tentang dunia manusia.
5)
Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu jasmaniah
yang sehat.
Memiliki kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya. Ada kemampuan dan gairah
untuk bekerja, tanpa dorongan yang berlebih-lebihan dan dia than menghadapi
kegagalan-kegagalan, kerugian-kerugian dan kemalangan.
6)
Mempunyai pengetahuan diri yang cukup.
Dia bisa menghayati motif-motif hidupnya dalam status
sadar. Dia menyadari nafsu-nafsu dan hasratnya, cita-cita dan tujuan hidupnya
yang realistis, dan bisa membatasi ambisi-ambisi dalam batasan-batasan
kenormalan.
7)
Mempunyau tujuan/obyek hidup yang adekuat.
Dalam artian, tujun hidup tersebut dapat bisa dicapai
dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya realistis dan wajar.
8)
Memiliki kemampuan untuk belajar dri pengalaman hidupnya.
Yaitu ada kemampuan menerima dan mengolah pengalamannya
tidak secara kaku. Juga ada kesanggupan belajar secara spontan, serta bisa
mengadakan evalusi terhadap kekuatan sendiri dan situasi yang dihadapinya, agar
supaya ia sukses.
9)
Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan
kebutuhan dari kelompoknya tempat dia berada.
Sebab dia tidak terlalu berbeda dari anggota kelompok
lainnya (tidak terlampau menyimpang). Dia mampu mengekang nafsu-nafsu serta
keinginan-keinginan yang dianggap sebagai tabu dan larangan oleh kelompknya.
10)
Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap
kelompoknya dan terhadap kebudayaan.
Namun demikian diamasih tetap memiliki originalitas
(keaslian) serta individualitas yang khas dan bisa membedakan antara perbuatan
buruk dan yang baik.
11)
Ada integrasi dalam kepribadian.
Ada perkembangan dan pertumbuhan jasmaniah dan rohaniah yang bulat.
Disamping itu dia memiliki moralitas dan kesadaran yang tidak kaku sifatnya
flexsible terhadap group dan
masyarakatnya.