Nama
: Elfa Gustiara
NPM
: 12509831
Kelas
: 2PA12
1.
Hubungan
Interpersonal
Menurut Pearson (1983)
manusia adalah makhluk sosial, artinya sebagai makhluk sosial, manusia tidak
dapat menjalin hubungan sendiri, manusia selalu menjalin hubungan dengan orang
lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk
interaksi serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Manusia melakukan
hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain.
Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih
yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang
konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu
proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.
\\ A.
Model
– Model Hubungan Interpersonal
a.
Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhannya.
b.
Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah
yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila
setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.
c.
Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktral, integratif dan medan. Semua
sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak
bersama sebagai suatu kesatuan.
B. Memulai Hubungan
Suatu hubungan interpersonal
dimulai dengan adanya ketertarikan interpersonal. Ketertarikan Interpersonal
adalah sikap seseorang mengenai orang lain di mana ketertarikan meliputi
evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga sangat
tidak suka.
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
a. Pembentukan
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah
menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak
yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi
yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan
keluarga dan sebagainya.
b. Peneguhan Hubungan
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan
kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah
pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
c. Pemutusan Hubungan
Menurut
R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima
sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a) Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu
dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b) Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak
lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c) Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d) Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu
yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e) Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang
nilai-nilai yang mereka anut.
C. Hubungan Peran
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat,
dibagi menjadi dua , yaitu :
a. Hubungan Diad
Hubungan diad merupakan
hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain
bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad,
dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan
diad menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam
hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi
(termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan
tersebut dengan hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan
hubungan antara tiga orang.
b. Hubungan Triad
Hubungan triad ini
memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu
lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara
terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
D. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Papalia dan Olds mendefinisikan intimasi sebagai sebuah kedekatan
secarainterpersonal diantara dua orang. Lebih lanjut Papalia dan Olds juga
menjelaskan bahwa kedekatan yang terjadi tidak hanya sebatas pada dua orang
yang saling mencintai (suami istri), namun juga terdapat pada hubungan
pertemanan atau persahabatan, persaudaraan, dan ikatan-ikatan lainnya.
Intimasi menurut Freud, adalah kedekatan secara emosional dan
interpersonal, dan kedekatan seksual yang merupakan perwujudan atau manifestasi
dari ketertarikan seksual diantara dua organisme. Pendapat yang berbeda
dikemukakan oleh Wirawan, yang mengatakan bahwa intimasi bukan hanya sebatas
ketertarikan secara seksual yang pada akhirnya merupakan hubungan intim (coitus
intercourse), namun intimasi lebih merupakan kedekatan secara psikologis,
emosional dan perasaan diantara dua manusia atau lebih.
E. Intimasi dan pertumbuhan
Salah satu syarat menjadi cinta dan dekat kepada seseorang dalam
adalah intimasi atau keintiman. Hal ini juga disebutkan dalam Triangle Love
Theory milik Robert Sternberg. Salah satu elemennya yaitu keintiman merupakan
komposisi dari kedekatan dan kenyamana. Triangular theory of love adalah teori
cinta yang dikembangkan oleh psikolog, Robert Sternberg. Dalam konteks hubungan
interpersonal, "ketiga komponen cinta, menurut teori segitiga, adalah
komponen keintiman (intimacy), gairah komponen (passion component), dan
komponen keputusan / komitmen (decision/commitment component). Intimasi bisa
bertumbuh menjadi suatu hubungan yang lebih serius dan didasari dengan
kejelasan status hubungan dan adanya komitmen bersama.
2.
Cinta
dan Perkawinan
Cinta
adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Pendapat
lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia
terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan
kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan
apapun yang diinginkan objek tersebut.
Perkawinan
adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk
hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat
yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan
umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan
dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Tergantung budaya setempat
bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga. Tapi
umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai
pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud
untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan
pernikahan.
A.
Memilih
Pasangan
Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan
keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka
dari itu harus benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik.
Bila ingin pintar, seseorang harus rajin belajar, bila ingin kaya seseorang
harus berhemat, begitu pula tentang pasangan hidup. Bila menginginkan pasangan
hidup yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada sesuatu di dunia ini yang
untuk mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan. Segala sesuatu ada harga-nya
termasuk bila ingin mendapatkan pasangan hidup yang baik. Ya, dimulai dari diri
sendiri. Bila kita bercita-cita untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik,
maka kita sendiri harus baik. Percayalah, Tuhan telah memasangkan manusia
sesuai dengan karakter dan derajat mereka masing-masing. Manusia yang baik
hanyalah untuk manusia yang baik pula, begitu pula sebaliknya.
Banyak orang yang pikirannya terlalu pendek dalam perkara ini
sehingga gagal dalam pernikahannya. Prinsipnya adalah jika kita hanya
berpedoman pada hal-hal yang sifatnya duniawi (kecantikan dan kekayaan) maka
akan sangat sulit dalam menjalani hari-hari berumah tangga nantinya. Karena
semua itu sifatnya hanya sementara dan sangat mudah berubah. Jadi, jika jatuh
cinta hanya karena melihat dari segi kecantikan/ketampanan dan atau kekayaan,
maka cinta tersebut akan sangat mudah berkurang bahkan hilang. Jika kita memang
cinta pada seseorang maka lahirlah ketampanan/kecantikan, bukan sebaliknya.
Berikutnya adalah tentang masalah fisik. Banyak yang berkata bahwa wanita
cantik hanya pantas untuk laki-laki tampan, begitu pula sebaliknya. Dan apa
yang terjadi ketika teman kita yang mungkin tak begitu cantik mendapatkan suami
yang tampan dan juga kaya, maka kita biasanya akan protes. Kita merasa bahwa
dirinya tak pantas dan kitalah yang lebih pantas.
B.
Hubungan
dalam Perkawinan
Pada umumnya salah satu tanda kegagalan suami-istri dalam mencapai
kebahagiaan perkawinan adalah perceraian. Perceraian adalah akumulasi dari
kekecewaan yang berkepanjangan yang disimpan dalam alam bawah sadar individu.
Adanya batas toleransi pada akhirnya menjadikan kekecewaan tersebut muncul
kepermukaan, sehingga keinginan untuk bercerai begitu mudah.
Masalah diseputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga antara
lain:
·
Kesulitan ekonomi keluarga
yang kurang tercukupi
·
Perbedaan watak.
·
Temperamen dan perbedaan
kepribadian yang sangat tajam antara
suami dan istri.
·
Ketidakpuasan dalam hubungan
seks.
·
Kejenuhan rutinitas.
·
Hubungan antara keluarga
besar yang kurang baik.
·
Adanya istilah WIL (wanita
idaman lain) atau PIL (pria idaman lain).
·
Masalah harta warisan.
·
Menurunnya perhatian kedua
belah pihak.
·
Domonasi dan intervensi
orang tua atau mertua.
·
Kesalahpahaman antara kedua
belah pihak.
Dari salah satu masalah diatas yaitu
kesalahpahaman yang menyebabkan pasangan menjadi tersinggung, sehingga
terkadang memicu adanya perceraian, merupakan masalah yang sering terjadi dalam
kehidupan rumah tangga. Karena kesalahpahaman itulah yang terkadang pasangan
enggan untuk membuka komunikasi dengan pasangannya yang kemudian menimbulkan
misskomunikasi. Tanpa mereka sadari dengan keadaan seperti itu malah akan
membuat mereka sulit dalam menghadapi problem apapun. Komunikasi yang intern
dan baik akan melahirkan saling keterbukaan dan suasana keluarga yang nyaman.
C.
Penyesuaian
dan Pertumbuhan dalam Pewrkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu
ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam
perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan
salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan
perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan
yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru
sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi
yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi
antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam
kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang
harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah
perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila
hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan
penyesuaian.
D.
Perceraian
dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella,
namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah
Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk
diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang
terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa
memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri
mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui
mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai?
Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan
kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor
seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya
ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah
kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya
tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena
kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah
menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru
cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya
tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang
terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda
latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting
untuk diusahakan bersama. Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu
menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu
mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman
menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.
E. Alternatif Selain Pernikahan
Paradigma terhadap lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya
kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang Sebuah
Pilihan?? Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan
gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan
hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan
berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang.
Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan
dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia
seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi
merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang
memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan
perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih
hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel.
Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi
pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Sumber
:
·
Sujanto, Agus.1991.
Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara.
·
http://mirzaanggaraputri.blogspot.com/2012/04/cinta-dan-perkawinan.html
·
http://ochapsikologikelompok.blogspot.com/2010/10/jenis-hubungan-interpersonal.html. (Diakses Tanggal 28 November 2012).